Setelah sebelumnya saya posting tentang aktivitas berenang di Pantai Pangandaran, pada hari berikutnya saya mengunjungi kawasan wisata cagar alam Pangandaran.
Setelah
sarapan pagi di Hotel saya memutuskan untuk jalan kaki ke kawasan Cagar Alam
dan itu sepertinya bukan keputusan yang baik karena jarak dari Hotel ke Cagar
Alam lumayan jauh tetapi tidak masalah karena sekalian liat-liat kios yang
menjual cinderamata di pinggir jalan sekitar pantai. Sampai di pintu masuk
cagar alam, saya beli karcis masuk seharga 7ribu rupiah (2ribu karcis masuk +
5ribu untuk asuransi), disana juga bisa menggunakan jasa guide dengan tarif
125ribu untuk pake keluarga max. 10 orang. Ada paket lain yang ditawarkan oleh jasa pemandu, seperti paket wisata Green Canyon, Green Valley dan Pusat Konservasi Cagar Alam. Untuk saat itu saya memilih paket keliling taman wisata saja.
Saya ditemani pemandu memasuki gerbang taman wisata Pangandaran. Belum jauh dari pintu masuk sudah
disambut lutung-lutung yang sedang merebut kantong makanan yang dibawa oleh wisatawan lain. Sang pemandu pun bilang lutung disana memang sudah kenal makanan manusia karena terbiasa diberikan makanan oleh pengunjung tetapi pengelola masih mentoleransi. Jalan beberapa langkah lewat dengan anggunnya didepan kami sejenis komodo berukuran sedang. Sampai di lapangan agak terbuka, kami disambut segerombolan monyet dan lumayan banyak pasukannya. Pemandu bilang monyet atau lutung disini berkelompok sehingga masing-masing punya pimpinan kelompok.
Berikutnya saya diajak ke situs batu kalde, entah saya lupa nama jenis batunya tapi yang pasti batu tersebut digali dari bawah tanah sehingga kita seperti menginjak papan karena bawah tanah tersebut kosong. Disana juga terdapat kotak sumbangan untuk kesebersihan situs batu kalde. :)
Selanjutnya tidak jauh situs batu kalde, kami diakan menuju Gua Panggung yang ada di pinggir pantai, guanya seperti panggung yang kononnya digunakan oleh Embah Jaga Lautan untuk menjaga pantai di jawa barat pada khususnya dan pantai di nusantara pada umumnya.
Setelah foto-foto, kami diajak ke gua keramat parat, di pintu masuk gua kami disambut oleh 2 maqom yang kata si pemandu itu bukan makam yang berisi jenazah namun hanya simbol. Masuk ke dalam gua ini, kami harus merunduk karena pintu masuknya rendah tetapi setelah sampai didalam gua nya ternyata lumayan besar. Didalam gua ini kita harus menggunakan lampu senter karena tidak ada cara seperti di gua panggung. Lagi asik liat-liat muncul 2 ekor landak yang bikin kaget. :D
Didalam gua keramat parat ini terdapat batu-batuan unik, ada batu besar yang mengkilat seperti kristal karena tetesan air, ada batu yang seperti ember karena selalu diteteskan air dari atasnya dan yang mengejutkan ada batu yang berbentuk kelamin pria dan kelamin wanita. Semua diceritain dengan jelas oleh pemandu.
Masuk agak dalam seperti banyak mata yang mengawasi kami, ternyata dilangit-langit gue lagi pada asik bertengger kelelawar, si pemandu mengajarkan kami bagaimana melihat mata kelelawar yaitu dengan menempelkan lampu senter sejajar telinga dan disorotkan ke langit-langit gua. Wah, ternyata memang banyak mata-mata yang sedang mengawasi.
Sudah mendekati pintu keluar, kami sudah mematikan lampu senter tetapi jalan menuju pintu keluarnya lebih sempit dibandingkan dengan pintu masuk dan syukurnya tidak harus merunduk. Sebelum keluar, si pemandu menyuruh kita menengadah keatas, diatas ada batu yang berbentuk manusia, itu sugesti dari pemandu sih, ada ayah, ibu dan anaknya kemudian kami jalan beberapa langkah dan si pemandu lagi-lagi memberhentikan kami dan lagi-lagi kami disuruh menengadah keatas ke belakang batu berbentuk manusia tadi. Dan bentuk manusia tadi berubah menjadi bentuk pocong pada bagian belakangnya dan si pemandu bilang itu hanya batu dan bagaimana sugesti kita melihat bentuk batu tersebut. Woow keren.
Kalau pintu masuk harus merunduk, pintu keluar kita harus berjalan miring, gua yang bikin ribet. :D
Setelah keluar dari gua keramat/parat, saya diajak berkeliling ke pasir putih sekalian duduk-duduk untuk istirahat, sebelum mencapai pasir putih, kami melewati jembatan, sebenarnya bisa saja lewat bawah tetapi takut tiba-tiba air laut pasang nanti terbawa arus sehingga kita memutuskan lewat jembatan. Tidak jauh dari jembatan, kami melewati spot untuk Flying Fox yang berayun diatas laut. Tarif flying fox seharga 10ribu per orang.
Setelah cukup istirahat, kami diajak menuju gua jepang, gua tersebut tidak seperti gua-gua sebelumnya yang termasuk gue alam karena gua jepang sengaja dibangun oleh tentara jepang yang berfungsi sebagai benteng pertahanan dan rumah tahanan bagi para tawanan. Ada 2 pintu masuk pada gua jepang, ternyata salah satu pintu tersebut hanyalah pintu untuk mengelabui lawan karena jalan buntu. Orang jepang berpikiran maju. Pintu masuk ke gua jepang tidak terlalu tinggi karena kata si pemandu postur tubuh tentara jepang kecil. Setelah beberapa langkah masuk disambut oleh ruangan dikanan dan dikiri yang tergolong sempit tetapi digunakan untuk memuat ratusan orang, ruangan yang dikiri untuk penjara dan ruang seberangnya berfungsi sebagai ruang penyiksaan. Gua jepang tidak terlalu luas sehingga kita sudah sampai di pintu keluar yang agak sedikit menanjak. Selesai dari gua jepang, selesai pula rangkaian tour saya di taman wisata Pangandaran. Si pemandu mengantar sampai depan gerbang keluar lalu saya menyerahkan uang jasa pemandu beserta sedikit uang tip.
Keluar dari gerbang taman wisata, waktu menunjukkan pukul 2 siang, pantes lapar dan harus mencari tempat makan siang. Sebelumnya si pamandu memberikan rekomendasi tempat makan seafood yang murah dan enak, yaitu Warung Makan Bu Surman yang akan saya jelaskan pada postingan selanjutnya.